Kamis, 24 Maret 2016
Kamis, 17 Maret 2016
makalah media pembelajaran fisika
MAKALAH
MEDIA PEMBELAJARAN FISIKA
DASAR KONSEP MEDIA PEMBELAJARAN
DOSEN PENGAMPU
ABDUL RAHIM,
M.Pd
DISUSUN OLEH :
ARIF
SETIAWAN / TF. 140550
JURUSAN
PENDIDIKAN FISIKA
FAKULTAS
ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
INSTITUT
AGAMA ISLAM NEGERI
SULTHAN
THAHA SAIFUDDIN
JAMBI
2016
abstrak
konkret
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT karena dengan ridhonya
semata kami dapat menyelesaikan tugas yang diberikan oleh dosen pembimbing Mata Kuliah Media Pembelajaran Fisika. Sebagai wujud dari pengabdian kami kepada Allah SWT
sekaligus bentuk realisasi dari tanggung jawab dan kewajiban kami selama
mengikuti mata kuliah ini.
Makalah ini berisi materi tentang “Dasar Konsep Media Pembelajaran”. Pembahasan yang memaparkan tentang konsep dasar media pembelajaran, pentingnya media pembelajaran, fungsi dan
manfaat penggunaan media pembelajaran, klasifikasi dan macam-macam media
pembelajaran, serta prinsip-prinsip penggunaan media pembelajaran. Sehingga
makalah ini dapat
digunakan untuk penyajian diskusi dan untuk keperluan lainnya.
Makalah ini diharapkan dapat dimanfaatkan oleh para
mahasiswa/i sebagai materi dalam belajar atau
sebagai bahan bacaan untuk menambah wawasan yang telah ada, serta
sebagai bahan untuk penentuan nilai tugas oleh dosen pembimbing. Selain itu,
penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Allah SWT, kepada kedua orang tua,
teman-teman, dan semua pihak yang telah memberikan dukungan dan bantuannya dalam penyusunan makalah ini.
Jambi, 09 Maret
2016
Arif Setiawan
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Pada hakikatnya kegiatan belajar mengajar adalah suatu
proses komunikasi. Proses komunikasi harus diciptakan atau diwujudkan melalui
kegiatan penyampaian dan tukar menukar pesan atau informasi antara pendidik
dengan peserta didik. Satu kesatuan dari proses komunikasi belajar mengajar
yang bertumpu pada tujuan pendidikan disekolah adalah media pembelajaran.
Peranan media pembelajaran pun menjadi penting karena memiliki nilai praktis
dan fungsi yang besar dalam pelaksanaan pembelajaran.
Media pembelajaran adalah satu dari bebarapa sumber
pembelajaran yang memiliki fungsi penting dalam proses pembelajaran, sehingga
butuh perhatian oleh pendidik dengan mengetahui kelebihan ataupun kekurangan media
pembelajaran, efektivitas dalam pembelajaran, kesediaan dana dan efisiensi
waktu, serta pengetahuan dan keterampilan pemakaian media dalam proses
pembelajarannya untuk mencapai tujuan pembelajaran.
1.2
Rumusan Masalah
Dalam makalah ini kami akan membahas dan menjabarkan tentang
:
1. Konsep dasar media pembelajaran.
2. Pentingnya media pembelajaran.
3. Fungsi dan manfaat penggunaan media
pembelajaran.
4. Klasifikasi dan macam-macam media
pembelajaran.
5. Prinsip-prinsip penggunaan media
pembelajaran.
1.3
TujuanPenulisan
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang
telah dijabarkan di atas, maka tujuan yang diharapkan dari penulisan makalah ini
adalah :
1. Mahasiswa dapat mengetahui konsep
dasar media pembelajaran.
2. Mahasiswa dapat mengetahui pentingnya
media pembelajaran.
3. Mahasiswa dapat mengetahui fungsi dan
manfaat penggunaan media pembelajaran.
4. Mahasiswa dapat mengetahui klasifikasi dan
macam-macam media pembelajaran.
5. Mahasiswa dapat mengetahui prinsip-prinsip
penggunaan media pembelajaran.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Konsep Dasar Media Pembelajaran
Secara umum media merupakan kata jamak dari “medium”
yang berarti perantara atau pengantar. Kata media untuk berbagai kegiatan atau
usaha, seperti media dalam penyampaian pesan dan media pengantar magnet atau
panas dalam bidang teknik. Istilah media digunakan juga dalam bidang pengajaran
atau pendidikan sehingga istilahnya menjadi media pendidikan atau media
pembelajaran. Ada beberapa konsep atau definisi media pendidikan atau media
pembelajaran. Rossi dan Breidle (1966:3) mengemukakan bahwa media pembelajaran
adalah seluruh alat dan bahan yang dapat dipakai untuk mencapai tujuan pendidikan
seperti radio, televisi, buku, majalah, dan sebagainya. Menurut Rossi alat-alat
semacam radio dan televisi bila digunakan dan diprogram untuk pendidikan maka
merupakan media pembelajaran.
Namun demikian, media bukan hanya berupa alat atau
bahan saja, akan tetapi hal-hal lain yang memungkinkan siswa dapat memperoleh
pengetahuan. Gerlach dan Ely (1980: 244) menyatakan “a medium, conceived is any
person, material or event that establishs condition which enable the learner to
acquire knowledge, skill, and attitude.” Menurut Gerlach, secara umum media itu
meliputi orang, bahan, peralatan, atau kegiatan yang menciptakan kondisi yang
memungkinkan siswa memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Jadi, dalam
penelitian ini media bukan hanya alat perantara seperti TV, radio, slide, dan
bahan cetakan saja, tetapi meliputi orang atau manusia sebagai sumber belajar
atau juga berupa kegiatan-kegiatan semacam diskusi, seminar, karya wisata,
simulasi, dan lain sebagainya yang dikondisikan untuk menambah pengetahuan dan
wawasan, mengubah sikap siswa, atau untuk menambah keterampilan.
Ada juga yang berpendapat bahwa media pengajaran
meliputi perangkat keras (hardware) dan perangkat lunak (software). Hardware
adalah alat-alat yang mengantarkan pesan, seperti overhead projector, radio,
televisi, dan sebagainya. Sedangkan software adalah isi program yang mengandung
pesan seperti informasi yang terdapat pada transparansi atau buku dan
bahan-bahan cetakan lainnya. Cerita yang terkandung dalam film atau materi yang
disuguhkan dalam bentuk bagan, grafik, diagram, dan lain sebagainya.
2.2
Pentingnya Media Pembelajaran
Mengajar dapat dipandang sebagai usaha yang dilakukan
guru agar siswa belajar. Sedangkan, yang dimaksud dengan belajar itu sendiri
adalah proses perubahan tingkah laku melalui pengalaman. Pengalaman itu dapat
berupa pengalaman langsung dan pengalaman tidak langsung. Pengalaman langsung
adalah pengalaman yang diperoleh melalui aktivitas sendiri pada situasi yang
sebenarnya. Namun demikian, pada kenyataannya tidak semua bahan pelajaran dapat
disajikan secara langsung. Seperti untuk memperoleh keterampilan mengemudikan
pesawat ruang angkasa, dalam proses pembelajarannya dapat melakukan simulasi
terlebih dahulu dengan pesawat yang mirip dan memiliki karakteristik yang sama.
Alat yang dapat membantu proses belajar inilah yang dimaksud dengan media atau
alat peraga pembelajaran.
Untuk memahami peranan media dalam proses mendapatkan
pengalaman belajar bagi siswa, Edgar Dale melukiskannya dalam sebuah kerucut
yang kemudian dinamakan kerucut
pengalaman (cone of experience). Kecurut pengalaman Edgar Dale pada saat
ini dianut secara luas untuk menentukan alat bantu atau media apa yang sesuai
agar siswa memperoleh pengalaman belajar secara mudah.
LAMBANG
VISUAL
|
VERBAL
|
VISUAL
|
FILM
|
DEMONSTRASI
|
PENGALAMAN MELALUI DRAMA
|
KARYA WISATA
|
RADIO
|
PENGALAMAN MELALUI BENDA TIRUAN
|
PENGALAMAN LANGSUNG
|
Kerucut
pengamatan Edgar Dale
Apabila diperhatikan kerucut pengalaman yang
dikemukakan Edgar Dale, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa pengetahuan itu
dapat diperoleh melalui pengalaman langsung dan pengalaman tidak langsung.
Semakin langsung objek yang dipelajari, maka semakin konkrit pengetahuan yang
diperoleh. Semakin tidak langsung pengetahuan itu diperoleh maka semakin
abstrak pengetahuan siswa.
Dari gambar kerucut pengalaman tersebut, siswa akan
lebih konkret memperoleh pengetahuan melalui pengalaman langsung, melalui
benda-benda tiruan, pengalaman melalui drama, demonstrasi wisata, dan melalui
pameran. Hal ini memungkinkan karena siswa dapat secara langsung berhubungan
dengan objek yang dipelajari. Sedangkan siswa akan lebih abstrak memperoleh
pengetahuan melalui benda atau alat perantara seperti televisi, gambar hidup
(film), radio atau tape recorder, lambang visual, serta lambang verbal.
Memperhatikan kerangka pengetahuan ini, maka kedudukan komponen media pembelajaran
dalam sistem proses belajar mengajar mempunya fungsi yang sangat penting. Sebab
tidak semua pengalaman belajar dapat diperoleh secara langsung. Dalam keadaan
ini, media dapat digunakan agar lebih memberikan pengetahuan yang konkrit dan
tepat serta mudah dipahami.
2.3
Fungsi Dan Manfaat Penggunaan Media
Pembelajaran
Perolehan
pengetahuan siswa seperti digambarkan Edgar Dale menunjukkan bahwa pengetahuan
akan semakin abstrak apabila hanya disampaikan melalui bahasa verbal. Hal ini
memungkinkan terjadinya verbalisme, artinya siswa hanya mengetahui tentang kata
tanpa memahami dan mengerti makna yang terkandung dalam kata tersebut. Hal
semacam ini dapat menimbulkan kesalahan persepsi siswa. Oleh sebab itu,
sebaiknya diusahakan agar pengalaman siswa menjadi lebih konkrit, pesan yang
ingin disampaikan benar-benar dapat mencapai sasaran dan tujuan yang ingin
dicapai dilakukan melalui kegiatan yang dapat mendekatkan siswa dengan kondisi
yang sebenarnya.
Secara khusus, media pembelajaran
memiliki fungsi dan berperan untuk :
a. Menangkap
suatu objek atau peristiwa-peristiwa tertentu
Peristiwa-peristiwa penting atau objek yang langka dapat
diabadikan dengan foto, film, atau direkam melalui video atau audio, kemudian
peristiwa itu dapat disimpan dan dapat digunakan manakala diperlukan.
b. Memanipulasi
keadaan, peristiwa, atau objek tertentu
Melalui media pembelajaran, guru dapat menyajikan bahan
pelajaran yang bersifat abstrak menjadi konkrit sehingga mudah dipahami dan
dapat menghilangkan verbalisme. Selain itu, media pembelajaran juga dapat
membantu menampilkan objek yang terlalu besar yang tidak mungkin dapat
ditampilkan di dalam kelas, atau menampilkan objek yang terlalu kecil yang
sulit dilihat menggunakan mata telanjang.
c. Menambah
gairah dan motivasi belajar siswa
Penggunaan media dapat menambah motivasi belajar siswa
sehingga perhatian siswa terhadap materi pembelajaran dapat lebih meningkat.
Dari
beberapa fungsi di atas, maka media pembelajaran memiliki nilai praktis sebagai
berikut :
1. Media
dapat mengatasi keterbatasan pengalaman yang dimiliki siswa
2. Media
dapat mengatasi batas ruang kelas. Hal ini terutama untuk menyajikan bahan
belajar yang sulit dipahami secara langsung oleh peserta. Dalam kondisi ini,
media dapat berfungsi untuk :
§ Menampilkan
objek yang terlalu besar untuk dibawa ke dalam kelas.
§ Memperbesar
serta memperjelas objek yang terlalu kecil yang sulit dilihat oleh mata
telanjang.
§ Mempercepat
gerakan suatu proses yang terlalu lambat sehingga dapat dilihat dalam waktu
yang lebih cepat.
§ Menyederhanakan
suatu objek yang terlalu kompleks.
§ Memperlambat
proses gerakan yang terlalu cepat.
§ Memperjelas
bunyi-bunyian yang sangat lemah, sehingga dapat ditangkap oleh telinga.
3. Media
dapat memungkinkan terjadinya interaksi langsung antara peserta dengan
lingkungan.
4. Media
dapat menghasilkan keseragaman pengamatan.
5. Media
dapat menanamkan konsep dasar yang benar, nyata, dan tepat.
6. Media
dapat membangkitkan motivasi dan merangsang peserta didik untuk belajar dengan
baik.
7. Media
dapat membangkitkan keinginan dan minat baru.
8. Media
dapat mengontrol kecepatan belajar siswa.
9. Media
dapat memberikan pengalaman yang menyeluruh dari hal-hal yang konkrit sampai
yang abstrak.
2.4
Klasifikasi
Dan Macam-Macam Media Pembelajaran
Media
pembelajaran dapat diklasifikasikan menjadi beberapa klasifikasi tergantung
dari sudut mana melihatnya.
a. Dilihat
dari sifatnya, media dapat dibagi ke dalam :
§ Media
auditif, yaitu media yang hanya dapat didengar saja atau media yang hanya
memiliki unsur suara. Seperti radio dan rekaman suara.
§ Media
visual, yaitu media yang hanya dapat dilihat saja tidak mengandung unsur suara.
Seperti film slide, foto, transparansi, lukisan, gambar, dan berbagai bentuk
bahan yang dicetak seperti media grafis, dan lain sebagainya.
§ Media
audiovisual, yaitu jenis media yang selain mengandung unsur suara juga
mengandung unsur gambar yang bisa dilihat misalnya rekaman video, berbagai
ukuran film, slide suara, dan lain sebagainya.
b. Dilihat
dari kemampuan jangkauannya, media dapat dibagi ke dalam :
§ Media
yang memiliki daya liput yang luas dan serentak seperti radio dan televisi.
§ Media
yang mempunyai daya liput yang terbatas oleh ruang dan waktu, seperti film
slide, film, video, dan sebagainya.
c. Dilihat
dari cara atau teknik pemakaiannya, media dapat dibagi ke dalam media yang
diproyeksikan dan media yang tidak diproyeksikan.
2.5
Prinsip-Prinsip
Penggunaan Media Pembelajaran
Prinsip
pokok yang harus diperhatikan dalam penggunaan media pada setiap kegiatan
belajar mengajar adalah bahwa media digunakan dan diarahkan untuk mempermudah
siswa belajar dalam upaya memahami materi pelajaran. Dengan demikian penggunaan
media harus dipandang dari sudut kebutuhan siswa. Hal ini perlu ditekankan
sebab media sering dipersiapkan hanya dilihat dari sudut kepentingan guru.
Agar media
pembelajaran benar-benar digunakan untuk membelajarkan siswa, maka ada sejumlah
prinsip yang harus diperhatikan, diantaranya :
a. Media
yang akan digunakan oleh guru harus sesuai dan diarahkan untuk mencapai tujuan
pembelajaran. Media tidak digunakan sebagai alat hiburan, atau tidak
semata-mata dimanfaatkan untuk mempermudah guru menyampaikan materi, akan
tetapi benar-benar untuk membantu siswa belajar sesuai dengan tujuan yang akan
dicapai.
b. Media
yang akan digunakan harus sesuai dengan materi pembelajaran. Setiap materi
pembelajaran memiliki kekhasan dan kekompleksan. Media yang akan digunakan
harus sesuai dengan kompleksitas materi pembelajaran.
c. Media
pembelajaran harus sesuai dengan minat, kebutuhan, dan kondisi siswa. Siswa
yang memiliki kemampuan mendengar yang kurang baik, akan sulit memahami
pelajaran manakala digunakan media yang bersifat auditif. Demikian juga
sebaliknya siswa yang memiliki kemampuan penglihatan yang kurang akan sulit
menangkap bahan pembelajaran yang disajikan melalui media visual. Setiap siswa
memiliki kemampuan dan gaya yang berbeda, oleh sebab itu guru perlu
memperhatikan setiap kemampuan dan gaya tersebut.
d. Media
yang akan digunakan harus memperhatikan efektifitas dan efisien. Media yang
memerlukan peralatan yang mahal belum tentu efektif untuk mencapai tujuan
tertentu. Demikian juga media yang sangat sederhana belum tentu tidak memiliki
nilai. Setiap media yang dirancang guru perlu memperhatikan efektifitas
penggunaannya.
e. Media
yang digunakan harus sesuai dengan kemampuan guru dalam mengoperasikannya.
Sering media yang komplek terutama media-media yang mutakhir seperti media
computer, LCD, dan media elektronik lainnya memerlukan kemampuan khusus dalam
mengoperasikannya.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Rossi dan Breidle mengemukakan bahwa media
pembelajaran adalah seluruh alat dan bahan yang dapat dipakai untuk mencapai
tujuan pendidikan seperti radio, televisi, buku, majalah, dan sebagainya.
Sedangkan Gerlach dan Ely menyatakan bahwa yang dimaksud dengan media pembelajaran
adalah “a medium, conceived is any person, material or event that establishs
condition which enable the learner to acquire knowledge, skill, and attitude.”
Untuk mengetahui peranan media dalam proses mendapatkan pengalaman belajar bagi
siswa, Edgar Dale melukiskannya dalam sebuah kerucut yang dinamakan kerucut pengalaman (cone of experience). Secara khusus, media pembelajaran
memiliki fungsi dan berperan untuk :
§ Menangkap
suatu objek atau peristiwa-peristiwa tertentu.
§ Memanipulasi
keadaan, peristiwa, atau objek tertentu.
§ Menambah
gairah dan motivasi belajar siswa.
Dari
beberapa fungsi di atas, maka media pembelajaran memiliki nilai praktis,
diantaranya :
§ Media
dapat mengatasi keterbatasan pengalaman yang dimiliki siswa.
§ Media
dapat mengatasi batas ruang kelas.
§ Media
dapat memungkinkan terjadinya interaksi langsung antara peserta dengan
lingkungan.
§ Media
dapat menghasilkan keseragaman pengamatan.
§ Media
dapat menanamkan konsep dasar yang benar, nyata, dan tepat.
§ Media
dapat membangkitkan motivasi dan merangsang peserta didik untuk belajar dengan
baik.
§ Media
dapat membangkitkan keinginan dan minat baru.
§ Media
dapat mengontrol kecepatan belajar siswa.
§ Media
dapat memberikan pengalaman yang menyeluruh dari hal-hal yang konkrit sampai
yang abstrak.
Media pembelajaran
dapat diklasifikasikan menjadi beberapa klasifikasi tergantung dari sudut mana
melihatnya, hal tersebut diantaranya :
§ Dilihat
dari sifatnya, media dapat dibagi ke dalam media auditif, media visual, dan media
audiovisual,
§ Dilihat
dari kemampuan jangkauannya, media dapat dibagi ke dalam media yang memiliki
daya liput yang luas dan media yang mempunyai daya liput yang terbatas
§ Dilihat
dari cara atau teknik pemakaiannya, media dapat dibagi ke dalam media yang
diproyeksikan dan media yang tidak diproyeksikan.
Agar media
pembelajaran benar-benar digunakan untuk membelajarkan siswa, maka ada sejumlah
prinsip yang harus diperhatikan, diantaranya :
§ Media
yang akan digunakan oleh guru harus sesuai dan diarahkan untuk mencapai tujuan
pembelajaran.
§ Media
yang akan digunakan harus sesuai dengan materi pembelajaran.
§ Media
pembelajaran harus sesuai dengan minat, kebutuhan, dan kondisi siswa.
§ Media
yang akan digunakan harus memperhatikan efektifitas dan efisien.
§ Media
yang digunakan harus sesuai dengan kemampuan guru dalam mengoperasikannya.
3.2 Saran
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semuanya dan
digunakan sebaik – baiknya. Jika terdapat kesalahan dalam penulisan makalah
ini, penulis mohon maaf. Jika ada kritik dan saran yang membangun kami terima agar
memperbaiki makalah – makalah berikutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Sanjaya, Wina. 2006. Strategi
Pembelajaran, Berorientasi Standar Proses
Pendidikan. Jakarta : Kencana
Rabu, 09 Maret 2016
MAKALAH HAKIKAT PENDIDIKAN
MAKALAH
ILMU PENDIDIKAN
DOSEN PENGAMPU : FAHROROZI
DISUSUN OLEH :
ARIF SETIAWAN
TF.140550
JURUSAN PENDIDIKAN FISIKA
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
SULTHAN THAHA SAIFUDDIN
JAMBI
2014
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT karena
dengan ridhonya semata kami dapat menyelesaikan tugas yang di berikan oleh
dosen pembimbing mata kuliah ilmu pendidikan. Sebagai wujud dari pengabdian
kami kepada Allah SWT sekaligus bentuk realisasi dari tanggung jawab dan
kewajiban kami selama mengikuti mata kuliah ini.
Makalah ini berisi materi tentang “Hakikat
pendidikan” pembahasan yang memaparkan tentang hakikat pendidikan itu
sendiri. Sehingga makalah dapat digunakan untuk penyajian diskusi dan untuk
keperluan lainnya.
Makalah ini diharapkan dapat di
manfaatkan oleh para mahasiswa/i sebagai materi dalam belajar atau sebagai
bahan bacaan untuk menambah wawasan yang telah ada, selain itu, penulis juga
mengucapkan terima kasih kepada Allah SWT, kepada kedua orang tua, teman—teman,
dan semua pihak yang telah memberikan dan bantuannya dalam penyusunan makalah
ini.
Jambi, 20 oktober 2014
Arif Setiawan
BAB I
PENDAHULUAN
A.LATAR BELAKANG
Pendidikan
bagi sebagian orang, berarti berusaha membimbing anak untuk menyerupai orang
dewasa,sebaliknya bagi Jean Piaget (1896) pendidikan berarti
menghasilkan,menciptakan,sekalipun tidak banyak,sekalipun suatu penciptaan
dibatasi oleh pembandingan dengan penciptaan yang lain. Menurut Jean Piaget
pendidikan sebagai penghubung dua sisi,disatu sisi individu yang sedang tumbuh
dan disisi lain nilai sosial,intelektual,dan moral yang menjadi tanggung jawab
pendidik untuk mendorong individu tersebut. Individu berkembang sejak lahir dan
terus berkembang,perkembangan ini bersifat kausal. Namun terdapat komponen
normatif,juga karena pendidik menuntut nilai. Nilai ini adalah norma yang
berfungsi sebagai petunjuk dalam mengidentifikasi apa yang
diwajibkan,diperbolehkan,dan dilarang. Jadi,pendidikan adalah hubungan normatif
antara individu dan nilai. . (DR.H. syaifullah sagala
M.Pd. , konsep
dan makna pembelajaran,bandung : 2009 hal 1)
Pandangan
tersebut memberi makna bahwa pendidikan adalah segala situasi hidup yang
mempengaruhi pertumbuhan individu sebagai pengalaman belajar yang berlangsung
dalam segala lingkungan dan sepanjang hidup. Dalam arti sempit pendidikan
adalah pengajaran yang diselenggarakan umumnya disekolah lsebagai lembaga
pendidikan formal.
B.RUMUSAN MASALAH
1.
Apa yang dimaksud dengan
hakekat dan teori pendidikan?
2.
Apa yang dimaksud
Pendidikan?
3.
Apa tujuan pendidikan?
4.
Apakah pentingnya pendidik memahami hakikat pendidikan ?
C.TUJUAN PEMBAHASAN
1.
untuk mengetahui
hakikat dan teori pendidikan menurut Mudyahardjo.
2.
Untuk mengetahui
pendidikan menurut Jean Piaget, McLeod, Mudyahardjo, Muhibinsyah, Dictionary of
Psychology, Poerbakawatja dan Harahap, John Dewey, dan UUSPN No. 20 tahun 2003.
3.
Untuk mengetahui tujuan
pendidikan.
4.
Untuk mengetahui
pendidik mengenai hakikat pendidikan.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Hakikat dan Teori Pendidikan
1. Pengertian
Hakikat Pendidikan
Menurut
pandangan pakar Indonesia
Hakikat
pendidikan itu dapat dikategorisasikan dalam dua pendapat, yaitu pendekatan
epistemologis dan pendekatan ontologi atau metafisik.
- Didalam pendidikan epistemologis yang menjadi masalah adalah akar atau kerangka ilmu pendidikan sebagai ilmu. Pendekatan tersebut mencari makna pendidikan sebagai ilmu yaitu mempunyai objek yang akan merupakan dasar analisis yang akan membangu ilmu pengetahuan yang disebut ilmu pendidikan. Dari sudut pandang pendidikan dilihat sebagai suatu proses yang interen dalam konsep manusia. Artinya manusia hanya dapat dimanusiakan melalui proses pendidikan.
Atau dengan
kata lain hakikat pendidikan tidak akan terlepas dari hakikat manusia, sebab
urusan utama pendidikan adalah manusia, wawasan yang dianut dalam pendidikan
dalam hal ini guru, tentang manusia akan mempengaruhi strategi atau metode yang
digunakan dalam melaksanakan tugas-tugasnya. Disamping itu konsep pendidikan
yang dianut saling berkaitan erat dengan hakikat pendidikan.
Beberapa
asumsi dasar yang berkenaan dengan hakikat pendidikan tersebut dinyatakan oleh
Raka Joni sebagai berikut :
- Pendidikan merupakan proses interaksi manusia yang ditandai oleh keseimbangan antara kedaulatan subjek didik dengan kewibawaan pendidikan.
- Pendidikan merupakan usaha penyiapan subjek didik menghadapi lingkungan hidup yang mengalami perubahan yang semakin pesat.
- Pendidikan meningkatkan kualitas kehidupan pribadi dan masyarakat.
- Pendidkan berlangsung seumur hidup.
- Pendidikan merupakan kiat dalam menerapkan prinsip-prinsip ilmu pengetahuan dan teknologi bagi pembentukan manusia seutuhnya.
Pada
dasarnya pendidikan harus dilihat sebagai proses sekaligus sebagai tujuan.
Asumsi dasar pendidkan tersebut memandang pendidikan sebagai kehidupan dalam
masyarakat untuk mencapai perwujudan manusia seutuhnya yang berlangsung
sepanjang hayat. Pendidikan sebagai kegiatan hidup dalam masyarakat mempunyai
arti penting baik bagi individu maupun masyarakat. Sebab antara masyarakat dan
individu saling berkaitan.
Individu
menjadi manusia seperti sekarang ini adalah karena proses belajar atau proses
interaksi manusiawi dengan manusia lainnya. Ini berarti bahwa manusia tidak
akan menjadi manusia tanpa dimanusiakan. Dengan kata lain perkembangan manusia
yang manusiawi hanya dapat terjadi dalam lingkungan masyarakatnya. Namun
sebaliknya masyarakat sebagai wujud kehidupan bersama tidak mungkin berkembang
kalau tidak didukung oleh kemajuan individu-individu anggotanya.
- Pendekatan ontologi menekankan pada hakikat keberadaan pendidikan itu sendiri. Keberadaan pendidikan tidak terlepas dari keberdaan manusia. Dalam pendekatan ini keberadaan peserta didik dan pendidik terlepas dari makna keberadaan manusia itu sendiri.
Hakikat
pendidikan menurut pandangan beberapa pakar asing :
• Paula Freire
Pendidikan adalah proses pengaderan dengan
hakikat tujuannya adalah
pembebasan. Hakikat pendidikan adalah kemampuan untuk mendidik diri sendiri.
• Langeveld
pembebasan. Hakikat pendidikan adalah kemampuan untuk mendidik diri sendiri.
• Langeveld
Pendidikan adalah membantu anak dalam
mencapai kedewasaan dengan tujuan agar anak cukup cakap dalam melaksanakan
tugas hidupnya sendiri tidak dengan bantuan orang lain.
• Rosseau
Pendidikan adalah memberikan pembekalan
yang tidak ada pada masa anak-anak, tapi dibutuhkan pada masa dewasa.
• Paulo freire
Pendidikan merupakan jalan menuju
pembebasan yang permanen dan diri dari dua tahap. Tahap pertama adalah masa di
mana manusia menjadi sadar akan pembebasan mereka yang melalui praksis mengubah
keadaan itu. Tahap kedua dibangun atas tahap yang pertama dan merupakan sebuah
proses tindakan kultural yang membebaskan.
• Jhon dewey
Pendidikan adalah suatu proses pembaharuan
makna pengalaman hal ini mungkin terjadi di dalam pergaulan biasa atau
pergaulan orang dewasa dengan orang muda, mungkin pula terjadi secara sengaja
dan dikembangkan untuk menghasilkan kesinambungan sosial. Proses ini melibatkan
pengawasan dan perkembangan dari orang yang belum dewasa dan mengelompok di
mana dia hidup
• H. Horne
Pendidikan adalah proses yang terus menerus
(abadi) dari penyesuaian yang lebih tinggi bagi makhluk manusia yang telah
berkembang secara fisik dan mental, yang bebas dan sadar kepada tuhan, seperti
termanifeskasi dalam alam sekitar intelektual, emosional dari kemanusiaan dari
manusia.
• Sir Godfrey Thomson
Pendidikan adalah pengaruh lingkungan atas individu untuk menghasilkan
perubahan-perubahan yang permanen di dalam kebiasaan-kebiasaan, tingkah laku,
pikiran dan sifatnya. (http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2201125-hakekat-pendidikan/#ixzz28HCLS9NS)
2.
Teori
Pendidikan
Sebuah
teori adalah sebuah sistem konsep-konsep yang terpadu, menerangkan, dan
memprediksi . mudyardjo (2001:91) menegaskan bahwa sebuah teori berisi
konsep-konsep, ada yang berfungsi sebagai : (1) asumsi atau konsep-konsep yang
menjadi dasar/titik tolak pemikiran sebuah teori ; (2) definisi konotatif atau
denotatif atau konsep-konsep yang menyatakan makna dari istilah-istilah yang di
pergunakan dalam menyusun teori. Sebuah teori pendidikan adalah sebuah sistem
konsep-konsep yang terpadu, menerangkan dan prediktif tentang peristiwa
–peristiwa pendidikan. Teori pendidikan ada yang berperan sebagai asumsi atau
titik tolak pemikiran pendidikan dan ada yang berperan sebagai defenisi
menerangkan makna. . (DR.H. syaifullah sagala
M.Pd. , konsep
dan makna pembelajaran,bandung : 2009 hal 5)
Asumsi
pokok pendidikan adalah :
1.
Pendidikan adalah
aktual , artinya pendidikan bermula dari kondisi-kondisi aktual dari indvidu
yang belajar dan lingkungan belajarnya.
2.
Pendidikan adalah
normatif , artinya pendidikan tertuju pada mencapai hal-hal yang baik atau
norma-norma yang baik.
3.
Pendidikan adalah
suatu proses pencapai tujuan, artinya pendidikan berupa serangkaian kegiatan
bermula dari kondisi-kondisi aktual dan individu yang belajar , tertuju pada
pencapaian individu yang di harapkan. (DR.H.
syaifullah sagala M.Pd. , konsep dan makna pembelajaran,bandung : 2009 hal 4)
Gambaran
pendidikan dilihat teori pendidikan secara faktual adalah aktivitas sekelompok
orang dan guru yang melaksanakan kegiatan pendidikan untuk orang-orang muda dn
secara perspektif memberi petunjuk bahwa pendidkan adalah
muatan,arahan,pilahanyang telah di tetapkan sebagai wahana pengembangan masa
depan anak didik yang tidak terlepas dari keharusan kontrol manusia. Pemahaman
mengenai pendidikan mengacu pada konsep tersebut mengambarkan bahwa pendidikan
seperti sifat sasarannya yaitu manusia, mengandung banyak aspek dan sifatnya
sangat kompleks. Karena sifatnya yang demikian secara lengkap itu, maka tidak
suatu batasan pun yang cukup memadai untuk menjelaskan arti pendidikan secara
lengkap. (DR.H. syaifullah sagala M.Pd. , konsep dan makna pembelajaran,bandung : 2009 hal 5)
Pendidikan
menurut charles E. Silberman tidak sama dengan pengajaran , karena pengajaran
hanya menitik beratkan pada usaha mengembangkan seluruh aspek
kognitif,apektif,psikomotor. Pendidikan mempunyai makna yang lebih luas dari
pengajaran , tetapi pengajaran merupakan sarana yang ampuh dalam
menyelenggarakan pendidikan. . (DR.H. syaifullah sagala
M.Pd. , konsep
dan makna pembelajaran,bandung : 2009 hal 5)
Jadi
pengajaran merupakan bagian dari pendidikan , mengacu pada konsep yang lebih
luas dan lintas kultural masyarakat indonesia yang demikian majemuknya , maka
usaha sadar memberi makna bahwa pendidikan diselenggarakan bedasarkan rencana
yang matang , mantap, jelas dan lengkap, menyeluruh, rasional,dan obyekktif
menjadi peserta didik menjadi warga negara yang baik. Penyataan secara
filosofis apa itu penidikan harus diangkat pada level konsep yang tinggi,
sehingga terlepas dari pengertian yang hanya melihat pendidikan sebagai
kegiatan belajar mengajar saja dan suatu usaha membantu orang lain menjadi
manusia terdidik, dan ini muncul sebagai fenomena sosial. Secara prinsip
penyataan filosofis harus memberi identitas pada pendidikan yang bebeda dengan
yang lain bersifat “cross culture”. Artinya bahwa kita melihat konsep yang
lebih luas dan lintas kultural yang memandang manusia sebaggai bagian dari
masyarakat sosial yang secara akumulatif mempengaruhi proses pendidikan. .
(DR.H. syaifullah sagala M.Pd. , konsep dan makna pembelajaran,bandung : 2009 hal 5)
B.
Pengertian Pendidikan
Pengertian
pendidikan menurut para ahli :
1.Jean Piaget(1896)
Pendidikan
adalah menghasilkan, mencipta, sekalipun tidak banyak, sekalipun suatu
pnciptaan dibatasi oleh pembandingan dengan penciptaan lain.
2.McLeod (1989)
Dalam
pengertian sempit pendidikan berarti prbuatan atau proses erbuatan untuk
memperoleh pengetahuan.
3.Mudyahardjo (2001:6)
Pendidikan
ialah segala pengalaman belajar yang berlangsung dalam segala lingkungan dan sepanjang
hidup serta pendidikan dapat diartikan sebagai pengajaran yang diselenggarakan
disekolah sebagai lembaga pendidikan formal.
4.Muhibinsyah (2003:10)
Dalam
pengertian yang agak luas pendidikan diartikan sebagai sebuah proses dengan metode-metode tertentu sehingga orang memperoleh
pengetahuan,pemahaman,dan cara bertingkah laku yang sesuai dengan kebutuhan.
5.Dictionary of Psychology (1972)
Dalam
arti luas pendidikan meliputi semua perbuatan dan usaha dari generasi tua untuk
mengalihkan pengetahuannya, pengalamannya, kecakapannnya, dan keterampilannya
kepada generasi muda sebagai usaha menyiapkannya agar dapat memenuhi fungsi
hidupnya baik jasmaniah mauun rohaniah. Artinya pendidikan adalah usaha secara
sengaja dari orang dewasa untuk dengan pengaruhnya meningkatkan si anak ke kedewasaan yang selalu diartikan mampu
menimbulkan tanggung jawab moril dari segala perbuatannya.
6.John Dewey
Pendidikan
merupakan proses pmbentukan kemampuan dasar yang fundamental, baik menyangkut
daya pikir atau daya intelektual, maupun daya emosional atau perasaan yang
diarahkan kepada tabiat manusia dan kepada sesamanya.
7.UUSPN NO.20 tahun 2003
Pendidikan
adalah usaha dasar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memilki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalin diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan negara.
Jadi
pendidikan dapat dimaknai sebagai proses mengubah tingkah laku anak didik agar
menjadi manusia dewasa yang mampu hidup mandiri dan sebagai anggota masyarakat
dalam lingkungan sekitar dimana individu itu berada. .
(DR.H. syaifullah sagala M.Pd. , konsep dan makna pembelajaran,bandung : 2009 hal 2-3)
C .Tujuan
Pendidikan
Tujuan
pendidikan menurut gambaran tentang nilai-nilai yang baik, luhur, pantas,
benar, dan untuk indah kehidupan. Karena itu tujuan pendidikan memilki dua
fungsi yaitu memberikan arah kepada segenap kegiatan pendidikan dan merupakan
sesuatu yang ingin dicapai oleh segenap kegiatan pendidikan. (Prof.Dr.Umar Tirtaraharja,
Drs.S.L.La Sulo, pengantar pendidikan,jakarta:2008. Hal.37)
Macam-macam
tujuan yang di paparkan oleh hasbullah (2009:13) merujuk pada pandangan seorang
ahli pendidikan yang bernama langeveld, yang menuturkan bahwa tujuan pendidikan
dapat di bagi kedalam:
a. Tujuan umum
Merupakan tujuan yang menjiwai pekerjaan mendidik dalam
segala waktu dan keadaan , di rumuskan secara universal
b. Tujuan khusus
Merupakan pengkususan dari tujuan umum, dalam pengertian
lain yaitu memecah tujuan umum kedalam beberapa tujua-tujuan yang lebih khusus
dan mudah untuk di kembangkan secara operasional.
c. Tujuan tak lengkap
Merupakan tujuan yang di rumuskan hanya mencakup satu aspek
saja dari tujuan umum yang telah di rumuskan.
d. Tujuan sementara
Merupakan perumusan adanya tujuan sementara, jika untuk
mencapai tujuan umum tidak bisa dilakukan secara sekaligus, sehingga perlu di
tempuh setingkat demi setingkat.
e. Tujuan insidentil
Merupakan tujuan yang bersifat sesaat karena adanya situasi
yang terjadi secara kebetulan, namun dalam perumusannya harus tetap mengacu
pada tujuan umum.
f. Tujuan intermedier
Merupakan tujuan perantara , yaitu tujuan yang dipandang
sebagai alat dan harus di capai terlebih dahulu sebelum mencapai tujuan yang
telah ditetapkan dalam tujuan khusus.
Jika dilihat dari aspek hirarki tujuan pendidikan yaitu
a. Tujuan nasional
Yaitu tujuan umum pendidikan nasional yang didalamnya
terkandung rumusan kualifikasi umum, sangat ditekankan untuk ditaati oleh
setiap warga Negara Indonesia
b. Tujuan institusional
Yaitu tujuan lembaga pendidikan yang berisi tentang
kualifikasi yang diharapkan diperoleh seorang anak setelah menyelesaikan
studinya di lembaga pendidikan tertentu.
c. Tujuan kurikuler
Yaitu penjabaran dari tujuan institusional yang berisi
tentang kualifikasi yang diharapkan dimiliki oleh terdidik setelah mengikuti
perogram pendidikan dalam suatu bidang studi/ mata pelajaran tertentu, misalnya
tujuan untuk mata pelajaran sejarah dan PPKn. A
d. Tujuan instruksional
Yaitu pengkhususan dari tujuan kurikuler. Rumusan tujuan
instruksional ini jika dihubungkan dengan arahan Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP) saat ini konsep TIU dan TIK telah diubah menjadi indikator
dan tujuan pembelajaran.
D.
Pentingnya pendidik memahami hakikat pendidikan
- Hakikat pendidikan adalah proses aktif mengembangkan diri sebagai pribadi, anggota masyarakat dan sebagai makhluk tuhan.
- Jadi pentingnya pendidik memahami hakikat pendidikan adalah sebagai pengendalian. Pengendalian dalam hal ini diartikan, sejak mulai dari awal adalah pemandirian subjek didik
- Agar pendidik memiliki tanggung jawab belajar kepada peserta didik, untuk terwujudnya kemandirian setahap demi setahap
- Agar pendidik memiliki keterlibatan mental subjek didik yang maksimal didalam aktualisasikan pengaman belajar
- Agar pendidik memahami konsep cara belajar siswa aktif ( CBSA ) yang bertujuan untuk peningkatan martabat kemanusiaan yang didasarkan kepada asas pancasila untuk mencapai tujuan pendidik nasional
- Agar pendidik dapat lebih mudah dalam membantu peserta didik, mendorong serta memberikan kemudahan untuk mengembangkan dirinya
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Hakikat pendidikan adalah upaya
sadar untuk mengembangkan potensi yang dianugerahkan Tuhan kepada manusia dan
diarahkan pada tujuan yang diharapkan agar memanusiakan manusia atau
menjadikannya sebagai manusia, manusia utuh. Hakikat pendidikan ini dapat
terwujud melalui proses pengajaran, pembelajaran,pembersihan dan pembiasaan,dan
kompetensi dengan memperhatikan kompetensi paedagogi berupa profesi,
kepribadian dan sosial. Pendidikan menumbuhkan budi pekerti, kekuatan batin,
karakter, pikiran dan tubuh peserta didik yang dilakukan secara integral tanpa
dipisah-pisahkan.
B. Saran
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
semuanya dan digunakan sebaik-baiknya. Jika terdapat kesalahan dalam penulisan
makalah ini, tim penulis mohon maaf. Jika ada kritik dan saran yang membangun
kami terima agar memperbaiki makalah-makalah berikutnya.
Langganan:
Postingan (Atom)