Kamis, 17 Maret 2016

makalah media pembelajaran fisika

MAKALAH MEDIA PEMBELAJARAN FISIKA

DASAR KONSEP MEDIA PEMBELAJARAN

DOSEN PENGAMPU
ABDUL RAHIM, M.Pd



DISUSUN OLEH :
ARIF SETIAWAN / TF. 140550

JURUSAN PENDIDIKAN FISIKA
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
SULTHAN THAHA SAIFUDDIN
JAMBI
2016


KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT karena dengan ridhonya semata kami dapat menyelesaikan tugas yang diberikan oleh dosen pembimbing Mata Kuliah Media Pembelajaran Fisika. Sebagai wujud dari pengabdian kami kepada Allah SWT sekaligus bentuk realisasi dari tanggung jawab dan kewajiban kami selama mengikuti mata kuliah ini.
Makalah ini berisi materi tentang Dasar Konsep Media Pembelajaran. Pembahasan yang memaparkan tentang konsep dasar media pembelajaran, pentingnya media pembelajaran, fungsi dan manfaat penggunaan media pembelajaran, klasifikasi dan macam-macam media pembelajaran, serta prinsip-prinsip penggunaan media pembelajaran. Sehingga makalah ini dapat digunakan untuk penyajian diskusi dan untuk keperluan lainnya.
Makalah ini diharapkan dapat dimanfaatkan oleh para mahasiswa/i sebagai materi dalam belajar atau sebagai bahan bacaan untuk menambah wawasan yang telah ada, serta sebagai bahan untuk penentuan nilai tugas oleh dosen pembimbing. Selain itu, penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Allah SWT, kepada kedua orang tua, teman-teman, dan semua pihak yang telah memberikan dukungan dan bantuannya dalam penyusunan makalah ini.






Jambi, 09 Maret 2016

Arif Setiawan

BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Pada hakikatnya kegiatan belajar mengajar adalah suatu proses komunikasi. Proses komunikasi harus diciptakan atau diwujudkan melalui kegiatan penyampaian dan tukar menukar pesan atau informasi antara pendidik dengan peserta didik. Satu kesatuan dari proses komunikasi belajar mengajar yang bertumpu pada tujuan pendidikan disekolah adalah media pembelajaran. Peranan media pembelajaran pun menjadi penting karena memiliki nilai praktis dan fungsi yang besar dalam pelaksanaan pembelajaran.
Media pembelajaran adalah satu dari bebarapa sumber pembelajaran yang memiliki fungsi penting dalam proses pembelajaran, sehingga butuh perhatian oleh pendidik dengan mengetahui kelebihan ataupun kekurangan media pembelajaran, efektivitas dalam pembelajaran, kesediaan dana dan efisiensi waktu, serta pengetahuan dan keterampilan pemakaian media dalam proses pembelajarannya untuk mencapai tujuan pembelajaran.

1.2  Rumusan Masalah
Dalam makalah ini kami akan membahas dan menjabarkan tentang :
1.      Konsep dasar media pembelajaran.
2.      Pentingnya media pembelajaran.
3.      Fungsi dan manfaat penggunaan media pembelajaran.
4.      Klasifikasi dan macam-macam media pembelajaran.
5.      Prinsip-prinsip penggunaan media pembelajaran.



1.3  TujuanPenulisan
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang telah dijabarkan di atas, maka tujuan yang diharapkan dari penulisan makalah ini adalah :
1.      Mahasiswa dapat mengetahui konsep dasar media pembelajaran.
2.      Mahasiswa dapat mengetahui pentingnya media pembelajaran.
3.      Mahasiswa dapat mengetahui fungsi dan manfaat penggunaan media pembelajaran.
4.      Mahasiswa dapat mengetahui klasifikasi dan macam-macam media pembelajaran.
5.      Mahasiswa dapat mengetahui prinsip-prinsip penggunaan media pembelajaran.



















BAB II
PEMBAHASAN

2.1  Konsep Dasar Media Pembelajaran
Secara umum media merupakan kata jamak dari “medium” yang berarti perantara atau pengantar. Kata media untuk berbagai kegiatan atau usaha, seperti media dalam penyampaian pesan dan media pengantar magnet atau panas dalam bidang teknik. Istilah media digunakan juga dalam bidang pengajaran atau pendidikan sehingga istilahnya menjadi media pendidikan atau media pembelajaran. Ada beberapa konsep atau definisi media pendidikan atau media pembelajaran. Rossi dan Breidle (1966:3) mengemukakan bahwa media pembelajaran adalah seluruh alat dan bahan yang dapat dipakai untuk mencapai tujuan pendidikan seperti radio, televisi, buku, majalah, dan sebagainya. Menurut Rossi alat-alat semacam radio dan televisi bila digunakan dan diprogram untuk pendidikan maka merupakan media pembelajaran.
Namun demikian, media bukan hanya berupa alat atau bahan saja, akan tetapi hal-hal lain yang memungkinkan siswa dapat memperoleh pengetahuan. Gerlach dan Ely (1980: 244) menyatakan “a medium, conceived is any person, material or event that establishs condition which enable the learner to acquire knowledge, skill, and attitude.” Menurut Gerlach, secara umum media itu meliputi orang, bahan, peralatan, atau kegiatan yang menciptakan kondisi yang memungkinkan siswa memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Jadi, dalam penelitian ini media bukan hanya alat perantara seperti TV, radio, slide, dan bahan cetakan saja, tetapi meliputi orang atau manusia sebagai sumber belajar atau juga berupa kegiatan-kegiatan semacam diskusi, seminar, karya wisata, simulasi, dan lain sebagainya yang dikondisikan untuk menambah pengetahuan dan wawasan, mengubah sikap siswa, atau untuk menambah keterampilan.
Ada juga yang berpendapat bahwa media pengajaran meliputi perangkat keras (hardware) dan perangkat lunak (software). Hardware adalah alat-alat yang mengantarkan pesan, seperti overhead projector, radio, televisi, dan sebagainya. Sedangkan software adalah isi program yang mengandung pesan seperti informasi yang terdapat pada transparansi atau buku dan bahan-bahan cetakan lainnya. Cerita yang terkandung dalam film atau materi yang disuguhkan dalam bentuk bagan, grafik, diagram, dan lain sebagainya.

2.2  Pentingnya Media Pembelajaran
Mengajar dapat dipandang sebagai usaha yang dilakukan guru agar siswa belajar. Sedangkan, yang dimaksud dengan belajar itu sendiri adalah proses perubahan tingkah laku melalui pengalaman. Pengalaman itu dapat berupa pengalaman langsung dan pengalaman tidak langsung. Pengalaman langsung adalah pengalaman yang diperoleh melalui aktivitas sendiri pada situasi yang sebenarnya. Namun demikian, pada kenyataannya tidak semua bahan pelajaran dapat disajikan secara langsung. Seperti untuk memperoleh keterampilan mengemudikan pesawat ruang angkasa, dalam proses pembelajarannya dapat melakukan simulasi terlebih dahulu dengan pesawat yang mirip dan memiliki karakteristik yang sama. Alat yang dapat membantu proses belajar inilah yang dimaksud dengan media atau alat peraga pembelajaran.
Untuk memahami peranan media dalam proses mendapatkan pengalaman belajar bagi siswa, Edgar Dale melukiskannya dalam sebuah kerucut yang kemudian dinamakan kerucut pengalaman (cone of experience). Kecurut pengalaman Edgar Dale pada saat ini dianut secara luas untuk menentukan alat bantu atau media apa yang sesuai agar siswa memperoleh pengalaman belajar secara mudah.



LAMBANG VISUAL

VERBAL
abstrak

VISUAL


FILM


DEMONSTRASI


PENGALAMAN MELALUI DRAMA


KARYA WISATA


RADIO

  

PENGALAMAN MELALUI BENDA TIRUAN

konkret

PENGALAMAN LANGSUNG

 


Kerucut pengamatan Edgar Dale
Apabila diperhatikan kerucut pengalaman yang dikemukakan Edgar Dale, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa pengetahuan itu dapat diperoleh melalui pengalaman langsung dan pengalaman tidak langsung. Semakin langsung objek yang dipelajari, maka semakin konkrit pengetahuan yang diperoleh. Semakin tidak langsung pengetahuan itu diperoleh maka semakin abstrak pengetahuan siswa.
Dari gambar kerucut pengalaman tersebut, siswa akan lebih konkret memperoleh pengetahuan melalui pengalaman langsung, melalui benda-benda tiruan, pengalaman melalui drama, demonstrasi wisata, dan melalui pameran. Hal ini memungkinkan karena siswa dapat secara langsung berhubungan dengan objek yang dipelajari. Sedangkan siswa akan lebih abstrak memperoleh pengetahuan melalui benda atau alat perantara seperti televisi, gambar hidup (film), radio atau tape recorder, lambang visual, serta lambang verbal. Memperhatikan kerangka pengetahuan ini, maka kedudukan komponen media pembelajaran dalam sistem proses belajar mengajar mempunya fungsi yang sangat penting. Sebab tidak semua pengalaman belajar dapat diperoleh secara langsung. Dalam keadaan ini, media dapat digunakan agar lebih memberikan pengetahuan yang konkrit dan tepat serta mudah dipahami.

2.3  Fungsi Dan Manfaat Penggunaan Media Pembelajaran
Perolehan pengetahuan siswa seperti digambarkan Edgar Dale menunjukkan bahwa pengetahuan akan semakin abstrak apabila hanya disampaikan melalui bahasa verbal. Hal ini memungkinkan terjadinya verbalisme, artinya siswa hanya mengetahui tentang kata tanpa memahami dan mengerti makna yang terkandung dalam kata tersebut. Hal semacam ini dapat menimbulkan kesalahan persepsi siswa. Oleh sebab itu, sebaiknya diusahakan agar pengalaman siswa menjadi lebih konkrit, pesan yang ingin disampaikan benar-benar dapat mencapai sasaran dan tujuan yang ingin dicapai dilakukan melalui kegiatan yang dapat mendekatkan siswa dengan kondisi yang sebenarnya.
Secara khusus, media pembelajaran memiliki fungsi dan berperan untuk :
a.    Menangkap suatu objek atau peristiwa-peristiwa tertentu
Peristiwa-peristiwa penting atau objek yang langka dapat diabadikan dengan foto, film, atau direkam melalui video atau audio, kemudian peristiwa itu dapat disimpan dan dapat digunakan manakala diperlukan.

b.    Memanipulasi keadaan, peristiwa, atau objek tertentu
Melalui media pembelajaran, guru dapat menyajikan bahan pelajaran yang bersifat abstrak menjadi konkrit sehingga mudah dipahami dan dapat menghilangkan verbalisme. Selain itu, media pembelajaran juga dapat membantu menampilkan objek yang terlalu besar yang tidak mungkin dapat ditampilkan di dalam kelas, atau menampilkan objek yang terlalu kecil yang sulit dilihat menggunakan mata telanjang.


c.    Menambah gairah dan motivasi belajar siswa
Penggunaan media dapat menambah motivasi belajar siswa sehingga perhatian siswa terhadap materi pembelajaran dapat lebih meningkat.
Dari beberapa fungsi di atas, maka media pembelajaran memiliki nilai praktis sebagai berikut :
1.    Media dapat mengatasi keterbatasan pengalaman yang dimiliki siswa
2.    Media dapat mengatasi batas ruang kelas. Hal ini terutama untuk menyajikan bahan belajar yang sulit dipahami secara langsung oleh peserta. Dalam kondisi ini, media dapat berfungsi untuk :
§  Menampilkan objek yang terlalu besar untuk dibawa ke dalam kelas.
§  Memperbesar serta memperjelas objek yang terlalu kecil yang sulit dilihat oleh mata telanjang.
§  Mempercepat gerakan suatu proses yang terlalu lambat sehingga dapat dilihat dalam waktu yang lebih cepat.
§  Menyederhanakan suatu objek yang terlalu kompleks.
§  Memperlambat proses gerakan yang terlalu cepat.
§  Memperjelas bunyi-bunyian yang sangat lemah, sehingga dapat ditangkap oleh telinga.

3.    Media dapat memungkinkan terjadinya interaksi langsung antara peserta dengan lingkungan.
4.    Media dapat menghasilkan keseragaman pengamatan.
5.    Media dapat menanamkan konsep dasar yang benar, nyata, dan tepat.
6.    Media dapat membangkitkan motivasi dan merangsang peserta didik untuk belajar dengan baik.
7.    Media dapat membangkitkan keinginan dan minat baru.
8.    Media dapat mengontrol kecepatan belajar siswa.
9.    Media dapat memberikan pengalaman yang menyeluruh dari hal-hal yang konkrit sampai yang abstrak.

2.4  Klasifikasi Dan Macam-Macam Media Pembelajaran
Media pembelajaran dapat diklasifikasikan menjadi beberapa klasifikasi tergantung dari sudut mana melihatnya.
a.    Dilihat dari sifatnya, media dapat dibagi ke dalam :
§  Media auditif, yaitu media yang hanya dapat didengar saja atau media yang hanya memiliki unsur suara. Seperti radio dan rekaman suara.
§  Media visual, yaitu media yang hanya dapat dilihat saja tidak mengandung unsur suara. Seperti film slide, foto, transparansi, lukisan, gambar, dan berbagai bentuk bahan yang dicetak seperti media grafis, dan lain sebagainya.
§  Media audiovisual, yaitu jenis media yang selain mengandung unsur suara juga mengandung unsur gambar yang bisa dilihat misalnya rekaman video, berbagai ukuran film, slide suara, dan lain sebagainya.

b.    Dilihat dari kemampuan jangkauannya, media dapat dibagi ke dalam :
§  Media yang memiliki daya liput yang luas dan serentak seperti radio dan televisi.
§  Media yang mempunyai daya liput yang terbatas oleh ruang dan waktu, seperti film slide, film, video, dan sebagainya.

c.    Dilihat dari cara atau teknik pemakaiannya, media dapat dibagi ke dalam media yang diproyeksikan dan media yang tidak diproyeksikan.



2.5  Prinsip-Prinsip Penggunaan Media Pembelajaran
Prinsip pokok yang harus diperhatikan dalam penggunaan media pada setiap kegiatan belajar mengajar adalah bahwa media digunakan dan diarahkan untuk mempermudah siswa belajar dalam upaya memahami materi pelajaran. Dengan demikian penggunaan media harus dipandang dari sudut kebutuhan siswa. Hal ini perlu ditekankan sebab media sering dipersiapkan hanya dilihat dari sudut kepentingan guru.
Agar media pembelajaran benar-benar digunakan untuk membelajarkan siswa, maka ada sejumlah prinsip yang harus diperhatikan, diantaranya :
a.    Media yang akan digunakan oleh guru harus sesuai dan diarahkan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Media tidak digunakan sebagai alat hiburan, atau tidak semata-mata dimanfaatkan untuk mempermudah guru menyampaikan materi, akan tetapi benar-benar untuk membantu siswa belajar sesuai dengan tujuan yang akan dicapai.
b.    Media yang akan digunakan harus sesuai dengan materi pembelajaran. Setiap materi pembelajaran memiliki kekhasan dan kekompleksan. Media yang akan digunakan harus sesuai dengan kompleksitas materi pembelajaran.
c.    Media pembelajaran harus sesuai dengan minat, kebutuhan, dan kondisi siswa. Siswa yang memiliki kemampuan mendengar yang kurang baik, akan sulit memahami pelajaran manakala digunakan media yang bersifat auditif. Demikian juga sebaliknya siswa yang memiliki kemampuan penglihatan yang kurang akan sulit menangkap bahan pembelajaran yang disajikan melalui media visual. Setiap siswa memiliki kemampuan dan gaya yang berbeda, oleh sebab itu guru perlu memperhatikan setiap kemampuan dan gaya tersebut.
d.   Media yang akan digunakan harus memperhatikan efektifitas dan efisien. Media yang memerlukan peralatan yang mahal belum tentu efektif untuk mencapai tujuan tertentu. Demikian juga media yang sangat sederhana belum tentu tidak memiliki nilai. Setiap media yang dirancang guru perlu memperhatikan efektifitas penggunaannya.
e.    Media yang digunakan harus sesuai dengan kemampuan guru dalam mengoperasikannya. Sering media yang komplek terutama media-media yang mutakhir seperti media computer, LCD, dan media elektronik lainnya memerlukan kemampuan khusus dalam mengoperasikannya.

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Rossi dan Breidle mengemukakan bahwa media pembelajaran adalah seluruh alat dan bahan yang dapat dipakai untuk mencapai tujuan pendidikan seperti radio, televisi, buku, majalah, dan sebagainya. Sedangkan Gerlach dan Ely menyatakan bahwa yang dimaksud dengan media pembelajaran adalah “a medium, conceived is any person, material or event that establishs condition which enable the learner to acquire knowledge, skill, and attitude.” Untuk mengetahui peranan media dalam proses mendapatkan pengalaman belajar bagi siswa, Edgar Dale melukiskannya dalam sebuah kerucut yang dinamakan kerucut pengalaman (cone of experience). Secara khusus, media pembelajaran memiliki fungsi dan berperan untuk :
§  Menangkap suatu objek atau peristiwa-peristiwa tertentu.
§  Memanipulasi keadaan, peristiwa, atau objek tertentu.
§  Menambah gairah dan motivasi belajar siswa.
Dari beberapa fungsi di atas, maka media pembelajaran memiliki nilai praktis, diantaranya :
§  Media dapat mengatasi keterbatasan pengalaman yang dimiliki siswa.
§  Media dapat mengatasi batas ruang kelas.
§  Media dapat memungkinkan terjadinya interaksi langsung antara peserta dengan lingkungan.
§  Media dapat menghasilkan keseragaman pengamatan.
§  Media dapat menanamkan konsep dasar yang benar, nyata, dan tepat.
§  Media dapat membangkitkan motivasi dan merangsang peserta didik untuk belajar dengan baik.
§  Media dapat membangkitkan keinginan dan minat baru.
§  Media dapat mengontrol kecepatan belajar siswa.
§  Media dapat memberikan pengalaman yang menyeluruh dari hal-hal yang konkrit sampai yang abstrak.
Media pembelajaran dapat diklasifikasikan menjadi beberapa klasifikasi tergantung dari sudut mana melihatnya, hal tersebut diantaranya :
§  Dilihat dari sifatnya, media dapat dibagi ke dalam media auditif, media visual, dan media audiovisual,
§  Dilihat dari kemampuan jangkauannya, media dapat dibagi ke dalam media yang memiliki daya liput yang luas dan media yang mempunyai daya liput yang terbatas
§  Dilihat dari cara atau teknik pemakaiannya, media dapat dibagi ke dalam media yang diproyeksikan dan media yang tidak diproyeksikan.
Agar media pembelajaran benar-benar digunakan untuk membelajarkan siswa, maka ada sejumlah prinsip yang harus diperhatikan, diantaranya :
§  Media yang akan digunakan oleh guru harus sesuai dan diarahkan untuk mencapai tujuan pembelajaran.
§  Media yang akan digunakan harus sesuai dengan materi pembelajaran.
§  Media pembelajaran harus sesuai dengan minat, kebutuhan, dan kondisi siswa.
§  Media yang akan digunakan harus memperhatikan efektifitas dan efisien.
§  Media yang digunakan harus sesuai dengan kemampuan guru dalam mengoperasikannya.

3.2 Saran
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semuanya dan digunakan sebaik – baiknya. Jika terdapat kesalahan dalam penulisan makalah ini, penulis mohon maaf. Jika ada kritik dan saran yang membangun kami terima agar memperbaiki makalah – makalah berikutnya.

DAFTAR PUSTAKA

Sanjaya, Wina. 2006. Strategi Pembelajaran, Berorientasi Standar Proses
Pendidikan. Jakarta : Kencana

Rabu, 09 Maret 2016

MAKALAH HAKIKAT PENDIDIKAN





MAKALAH
ILMU PENDIDIKAN
DOSEN PENGAMPU : FAHROROZI

 
DISUSUN OLEH :
ARIF SETIAWAN 
TF.140550

JURUSAN PENDIDIKAN FISIKA
FAKULTAS ILMU TARBIYAH  DAN KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
SULTHAN THAHA SAIFUDDIN 
JAMBI
2014

 



KATA PENGANTAR

            Segala puji bagi Allah SWT karena dengan ridhonya semata kami dapat menyelesaikan tugas yang di berikan oleh dosen pembimbing mata kuliah ilmu pendidikan. Sebagai wujud dari pengabdian kami kepada Allah SWT sekaligus bentuk realisasi dari tanggung jawab dan kewajiban kami selama mengikuti mata kuliah ini.
            Makalah ini berisi materi tentang “Hakikat pendidikan” pembahasan yang memaparkan tentang hakikat pendidikan itu sendiri. Sehingga makalah dapat digunakan untuk penyajian diskusi dan untuk keperluan lainnya.
            Makalah ini diharapkan dapat di manfaatkan oleh para mahasiswa/i sebagai materi dalam belajar atau sebagai bahan bacaan untuk menambah wawasan yang telah ada, selain itu, penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Allah SWT, kepada kedua orang tua, teman—teman, dan semua pihak yang telah memberikan dan bantuannya dalam penyusunan makalah ini.





Jambi, 20 oktober 2014

Arif Setiawan

 




BAB I
PENDAHULUAN
A.LATAR BELAKANG
Pendidikan bagi sebagian orang, berarti berusaha membimbing anak untuk menyerupai orang dewasa,sebaliknya bagi Jean Piaget (1896) pendidikan berarti menghasilkan,menciptakan,sekalipun tidak banyak,sekalipun suatu penciptaan dibatasi oleh pembandingan dengan penciptaan yang lain. Menurut Jean Piaget pendidikan sebagai penghubung dua sisi,disatu sisi individu yang sedang tumbuh dan disisi lain nilai sosial,intelektual,dan moral yang menjadi tanggung jawab pendidik untuk mendorong individu tersebut. Individu berkembang sejak lahir dan terus berkembang,perkembangan ini bersifat kausal. Namun terdapat komponen normatif,juga karena pendidik menuntut nilai. Nilai ini adalah norma yang berfungsi sebagai petunjuk dalam mengidentifikasi apa yang diwajibkan,diperbolehkan,dan dilarang. Jadi,pendidikan adalah hubungan normatif antara individu dan nilai. . (DR.H. syaifullah sagala M.Pd. , konsep dan makna pembelajaran,bandung : 2009 hal 1)
Pandangan tersebut memberi makna bahwa pendidikan adalah segala situasi hidup yang mempengaruhi pertumbuhan individu sebagai pengalaman belajar yang berlangsung dalam segala lingkungan dan sepanjang hidup. Dalam arti sempit pendidikan adalah pengajaran yang diselenggarakan umumnya disekolah lsebagai lembaga pendidikan formal.






B.RUMUSAN MASALAH
1.      Apa yang dimaksud dengan hakekat dan teori pendidikan?
2.      Apa yang dimaksud Pendidikan?
3.      Apa tujuan pendidikan?
4.      Apakah pentingnya pendidik memahami hakikat pendidikan ?


C.TUJUAN PEMBAHASAN
1.      untuk mengetahui hakikat dan teori pendidikan menurut Mudyahardjo.
2.      Untuk mengetahui pendidikan menurut Jean Piaget, McLeod, Mudyahardjo, Muhibinsyah, Dictionary of Psychology, Poerbakawatja dan Harahap, John Dewey, dan UUSPN No. 20 tahun 2003.
3.      Untuk mengetahui tujuan pendidikan.
4.      Untuk mengetahui pendidik mengenai hakikat pendidikan.







BAB II
PEMBAHASAN

A. Hakikat dan Teori Pendidikan

1.      Pengertian Hakikat Pendidikan
Menurut pandangan pakar Indonesia
Hakikat pendidikan itu dapat dikategorisasikan dalam dua pendapat, yaitu pendekatan epistemologis dan pendekatan ontologi atau metafisik.
  • Didalam pendidikan epistemologis yang menjadi masalah adalah akar atau kerangka ilmu pendidikan sebagai ilmu. Pendekatan tersebut mencari makna pendidikan sebagai ilmu yaitu mempunyai objek yang akan merupakan dasar analisis yang akan membangu ilmu pengetahuan yang disebut ilmu pendidikan. Dari sudut pandang pendidikan dilihat sebagai suatu proses yang interen dalam konsep manusia. Artinya manusia hanya dapat dimanusiakan melalui proses pendidikan.
Atau dengan kata lain hakikat pendidikan tidak akan terlepas dari hakikat manusia, sebab urusan utama pendidikan adalah manusia, wawasan yang dianut dalam pendidikan dalam hal ini guru, tentang manusia akan mempengaruhi strategi atau metode yang digunakan dalam melaksanakan tugas-tugasnya. Disamping itu konsep pendidikan yang dianut saling berkaitan erat dengan hakikat pendidikan.


Beberapa asumsi dasar yang berkenaan dengan hakikat pendidikan tersebut dinyatakan oleh Raka Joni sebagai berikut :
  1. Pendidikan merupakan proses interaksi manusia yang ditandai oleh keseimbangan antara kedaulatan subjek didik dengan kewibawaan pendidikan.
  2. Pendidikan merupakan usaha penyiapan subjek didik menghadapi lingkungan hidup yang mengalami perubahan yang semakin pesat.
  3. Pendidikan meningkatkan kualitas kehidupan pribadi dan masyarakat.
  4. Pendidkan berlangsung seumur hidup.
  5. Pendidikan merupakan kiat dalam menerapkan prinsip-prinsip ilmu pengetahuan dan teknologi bagi pembentukan manusia seutuhnya.
Pada dasarnya pendidikan harus dilihat sebagai proses sekaligus sebagai tujuan. Asumsi dasar pendidkan tersebut memandang pendidikan sebagai kehidupan dalam masyarakat untuk mencapai perwujudan manusia seutuhnya yang berlangsung sepanjang hayat. Pendidikan sebagai kegiatan hidup dalam masyarakat mempunyai arti penting baik bagi individu maupun masyarakat. Sebab antara masyarakat dan individu saling berkaitan.
Individu menjadi manusia seperti sekarang ini adalah karena proses belajar atau proses interaksi manusiawi dengan manusia lainnya. Ini berarti bahwa manusia tidak akan menjadi manusia tanpa dimanusiakan. Dengan kata lain perkembangan manusia yang manusiawi hanya dapat terjadi dalam lingkungan masyarakatnya. Namun sebaliknya masyarakat sebagai wujud kehidupan bersama tidak mungkin berkembang kalau tidak didukung oleh kemajuan individu-individu anggotanya.
  • Pendekatan ontologi menekankan pada hakikat keberadaan pendidikan itu sendiri. Keberadaan pendidikan tidak terlepas dari keberdaan manusia. Dalam pendekatan ini keberadaan peserta didik dan pendidik terlepas dari makna keberadaan manusia itu sendiri.

Hakikat pendidikan menurut pandangan beberapa pakar asing :

• Paula Freire
Pendidikan adalah proses pengaderan dengan hakikat tujuannya adalah
pembebasan. Hakikat pendidikan adalah kemampuan untuk mendidik diri sendiri.

• Langeveld
Pendidikan adalah membantu anak dalam mencapai kedewasaan dengan tujuan agar anak cukup cakap dalam melaksanakan tugas hidupnya sendiri tidak dengan bantuan orang lain.

• Rosseau
Pendidikan adalah memberikan pembekalan yang tidak ada pada masa anak-anak, tapi dibutuhkan pada masa dewasa.

• Paulo freire
Pendidikan merupakan jalan menuju pembebasan yang permanen dan diri dari dua tahap. Tahap pertama adalah masa di mana manusia menjadi sadar akan pembebasan mereka yang melalui praksis mengubah keadaan itu. Tahap kedua dibangun atas tahap yang pertama dan merupakan sebuah proses tindakan kultural yang membebaskan.



• Jhon dewey
Pendidikan adalah suatu proses pembaharuan makna pengalaman hal ini mungkin terjadi di dalam pergaulan biasa atau pergaulan orang dewasa dengan orang muda, mungkin pula terjadi secara sengaja dan dikembangkan untuk menghasilkan kesinambungan sosial. Proses ini melibatkan pengawasan dan perkembangan dari orang yang belum dewasa dan mengelompok di mana dia hidup

• H. Horne
Pendidikan adalah proses yang terus menerus (abadi) dari penyesuaian yang lebih tinggi bagi makhluk manusia yang telah berkembang secara fisik dan mental, yang bebas dan sadar kepada tuhan, seperti termanifeskasi dalam alam sekitar intelektual, emosional dari kemanusiaan dari manusia.

• Sir Godfrey Thomson
Pendidikan adalah pengaruh lingkungan atas individu untuk menghasilkan perubahan-perubahan yang permanen di dalam kebiasaan-kebiasaan, tingkah laku, pikiran dan sifatnya. (http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2201125-hakekat-pendidikan/#ixzz28HCLS9NS)


2.      Teori Pendidikan
Sebuah teori adalah sebuah sistem konsep-konsep yang terpadu, menerangkan, dan memprediksi . mudyardjo (2001:91) menegaskan bahwa sebuah teori berisi konsep-konsep, ada yang berfungsi sebagai : (1) asumsi atau konsep-konsep yang menjadi dasar/titik tolak pemikiran sebuah teori ; (2) definisi konotatif atau denotatif atau konsep-konsep yang menyatakan makna dari istilah-istilah yang di pergunakan dalam menyusun teori. Sebuah teori pendidikan adalah sebuah sistem konsep-konsep yang terpadu, menerangkan dan prediktif tentang peristiwa –peristiwa pendidikan. Teori pendidikan ada yang berperan sebagai asumsi atau titik tolak pemikiran pendidikan dan ada yang berperan sebagai defenisi menerangkan makna. . (DR.H. syaifullah sagala M.Pd. , konsep dan makna pembelajaran,bandung : 2009 hal 5)


Asumsi pokok pendidikan adalah :
1.      Pendidikan adalah aktual , artinya pendidikan bermula dari kondisi-kondisi aktual dari indvidu yang belajar dan lingkungan belajarnya.
2.      Pendidikan adalah normatif , artinya pendidikan tertuju pada mencapai hal-hal yang baik atau norma-norma yang baik.
3.      Pendidikan adalah suatu proses pencapai tujuan, artinya pendidikan berupa serangkaian kegiatan bermula dari kondisi-kondisi aktual dan individu yang belajar , tertuju pada pencapaian individu yang di harapkan.   (DR.H. syaifullah sagala M.Pd. , konsep dan makna pembelajaran,bandung : 2009 hal 4)

Gambaran pendidikan dilihat teori pendidikan secara faktual adalah aktivitas sekelompok orang dan guru yang melaksanakan kegiatan pendidikan untuk orang-orang muda dn secara perspektif memberi petunjuk bahwa pendidkan adalah muatan,arahan,pilahanyang telah di tetapkan sebagai wahana pengembangan masa depan anak didik yang tidak terlepas dari keharusan kontrol manusia. Pemahaman mengenai pendidikan mengacu pada konsep tersebut mengambarkan bahwa pendidikan seperti sifat sasarannya yaitu manusia, mengandung banyak aspek dan sifatnya sangat kompleks. Karena sifatnya yang demikian secara lengkap itu, maka tidak suatu batasan pun yang cukup memadai untuk menjelaskan arti pendidikan secara lengkap. (DR.H. syaifullah sagala M.Pd. , konsep dan makna pembelajaran,bandung : 2009 hal 5)

Pendidikan menurut charles E. Silberman tidak sama dengan pengajaran , karena pengajaran hanya menitik beratkan pada usaha mengembangkan seluruh aspek kognitif,apektif,psikomotor. Pendidikan mempunyai makna yang lebih luas dari pengajaran , tetapi pengajaran merupakan sarana yang ampuh dalam menyelenggarakan pendidikan. . (DR.H. syaifullah sagala M.Pd. , konsep dan makna pembelajaran,bandung : 2009 hal 5)
Jadi pengajaran merupakan bagian dari pendidikan , mengacu pada konsep yang lebih luas dan lintas kultural masyarakat indonesia yang demikian majemuknya , maka usaha sadar memberi makna bahwa pendidikan diselenggarakan bedasarkan rencana yang matang , mantap, jelas dan lengkap, menyeluruh, rasional,dan obyekktif menjadi peserta didik menjadi warga negara yang baik. Penyataan secara filosofis apa itu penidikan harus diangkat pada level konsep yang tinggi, sehingga terlepas dari pengertian yang hanya melihat pendidikan sebagai kegiatan belajar mengajar saja dan suatu usaha membantu orang lain menjadi manusia terdidik, dan ini muncul sebagai fenomena sosial. Secara prinsip penyataan filosofis harus memberi identitas pada pendidikan yang bebeda dengan yang lain bersifat “cross culture”. Artinya bahwa kita melihat konsep yang lebih luas dan lintas kultural yang memandang manusia sebaggai bagian dari masyarakat sosial yang secara akumulatif mempengaruhi proses pendidikan. . (DR.H. syaifullah sagala M.Pd. , konsep dan makna pembelajaran,bandung : 2009 hal 5)
B. Pengertian Pendidikan
Pengertian pendidikan menurut para ahli :
1.Jean Piaget(1896)
Pendidikan adalah menghasilkan, mencipta, sekalipun tidak banyak, sekalipun suatu pnciptaan dibatasi oleh pembandingan dengan penciptaan lain.
2.McLeod (1989)
Dalam pengertian sempit pendidikan berarti prbuatan atau proses erbuatan untuk memperoleh pengetahuan.
3.Mudyahardjo (2001:6)
Pendidikan ialah segala pengalaman belajar yang berlangsung dalam segala lingkungan dan sepanjang hidup serta pendidikan dapat diartikan sebagai pengajaran yang diselenggarakan disekolah sebagai lembaga pendidikan formal.
4.Muhibinsyah (2003:10)
Dalam pengertian yang agak luas pendidikan diartikan sebagai  sebuah proses dengan        metode-metode tertentu sehingga orang memperoleh pengetahuan,pemahaman,dan cara bertingkah laku yang sesuai dengan kebutuhan.
5.Dictionary of Psychology (1972)
Dalam arti luas pendidikan meliputi semua perbuatan dan usaha dari generasi tua untuk mengalihkan pengetahuannya, pengalamannya, kecakapannnya, dan keterampilannya kepada generasi muda sebagai usaha menyiapkannya agar dapat memenuhi fungsi hidupnya baik jasmaniah mauun rohaniah. Artinya pendidikan adalah usaha secara sengaja dari orang dewasa untuk dengan pengaruhnya meningkatkan si anak ke  kedewasaan yang selalu diartikan mampu menimbulkan tanggung jawab moril dari segala perbuatannya.
6.John Dewey
Pendidikan merupakan proses pmbentukan kemampuan dasar yang fundamental, baik menyangkut daya pikir atau daya intelektual, maupun daya emosional atau perasaan yang diarahkan kepada tabiat manusia dan kepada sesamanya.
7.UUSPN NO.20 tahun 2003
Pendidikan adalah usaha dasar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memilki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalin diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Jadi pendidikan dapat dimaknai sebagai proses mengubah tingkah laku anak didik agar menjadi manusia dewasa yang mampu hidup mandiri dan sebagai anggota masyarakat dalam lingkungan sekitar dimana individu itu berada. . (DR.H. syaifullah sagala M.Pd. , konsep dan makna pembelajaran,bandung : 2009 hal 2-3)
C .Tujuan Pendidikan
Tujuan pendidikan menurut gambaran tentang nilai-nilai yang baik, luhur, pantas, benar, dan untuk indah kehidupan. Karena itu tujuan pendidikan memilki dua fungsi yaitu memberikan arah kepada segenap kegiatan pendidikan dan merupakan sesuatu yang ingin dicapai oleh segenap kegiatan pendidikan. (Prof.Dr.Umar Tirtaraharja, Drs.S.L.La Sulo, pengantar pendidikan,jakarta:2008. Hal.37)
Macam-macam tujuan yang di paparkan oleh hasbullah (2009:13) merujuk pada pandangan seorang ahli pendidikan yang bernama langeveld, yang menuturkan bahwa tujuan pendidikan dapat di bagi kedalam:
a.       Tujuan umum
Merupakan tujuan yang menjiwai pekerjaan mendidik dalam segala waktu dan keadaan , di rumuskan secara universal

b.      Tujuan khusus
Merupakan pengkususan dari tujuan umum, dalam pengertian lain yaitu memecah tujuan umum kedalam beberapa tujua-tujuan yang lebih khusus dan mudah untuk di kembangkan secara operasional.
c.       Tujuan tak lengkap
Merupakan tujuan yang di rumuskan hanya mencakup satu aspek saja dari tujuan umum yang telah di rumuskan.
d.      Tujuan sementara
Merupakan perumusan adanya tujuan sementara, jika untuk mencapai tujuan umum tidak bisa dilakukan secara sekaligus, sehingga perlu di tempuh setingkat demi setingkat.
e.       Tujuan insidentil
Merupakan tujuan yang bersifat sesaat karena adanya situasi yang terjadi secara kebetulan, namun dalam perumusannya harus tetap mengacu pada tujuan umum.
f.       Tujuan intermedier
Merupakan tujuan perantara , yaitu tujuan yang dipandang sebagai alat dan harus di capai terlebih dahulu sebelum mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam tujuan khusus.

Jika dilihat dari aspek hirarki tujuan pendidikan yaitu
a.       Tujuan nasional
Yaitu tujuan umum pendidikan nasional yang didalamnya terkandung rumusan kualifikasi umum, sangat ditekankan untuk ditaati oleh setiap warga Negara Indonesia
b.      Tujuan institusional
Yaitu tujuan lembaga pendidikan yang berisi tentang kualifikasi yang diharapkan diperoleh seorang anak setelah menyelesaikan studinya di lembaga pendidikan tertentu.
c.       Tujuan kurikuler
Yaitu penjabaran dari tujuan institusional yang berisi tentang kualifikasi yang diharapkan dimiliki oleh terdidik setelah mengikuti perogram pendidikan dalam suatu bidang studi/ mata pelajaran tertentu, misalnya tujuan untuk mata pelajaran sejarah dan PPKn. A
d.      Tujuan instruksional
Yaitu pengkhususan dari tujuan kurikuler. Rumusan tujuan instruksional ini jika dihubungkan dengan arahan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) saat ini konsep TIU dan TIK telah diubah menjadi indikator dan tujuan pembelajaran.




D. Pentingnya pendidik memahami hakikat pendidikan
  • Hakikat pendidikan adalah proses aktif mengembangkan diri sebagai pribadi, anggota masyarakat dan sebagai makhluk tuhan.
  • Jadi pentingnya pendidik memahami hakikat pendidikan adalah sebagai pengendalian. Pengendalian dalam hal ini diartikan, sejak mulai dari awal adalah pemandirian subjek didik
  • Agar pendidik memiliki tanggung jawab belajar kepada peserta didik, untuk terwujudnya kemandirian setahap demi setahap
  • Agar pendidik memiliki keterlibatan mental subjek didik yang maksimal didalam aktualisasikan pengaman belajar
  • Agar pendidik memahami konsep cara belajar siswa aktif ( CBSA ) yang bertujuan untuk peningkatan martabat kemanusiaan yang didasarkan kepada asas pancasila untuk mencapai tujuan pendidik nasional
  • Agar pendidik dapat lebih mudah dalam membantu peserta didik, mendorong serta memberikan kemudahan untuk mengembangkan dirinya









BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan

Hakikat pendidikan adalah upaya sadar untuk mengembangkan potensi yang dianugerahkan Tuhan kepada manusia dan diarahkan pada tujuan yang diharapkan agar memanusiakan manusia atau menjadikannya sebagai manusia, manusia utuh.  Hakikat pendidikan ini dapat terwujud melalui proses pengajaran, pembelajaran,pembersihan dan pembiasaan,dan kompetensi dengan memperhatikan kompetensi paedagogi berupa profesi, kepribadian dan sosial. Pendidikan menumbuhkan budi pekerti, kekuatan batin, karakter, pikiran dan tubuh peserta didik yang dilakukan secara integral tanpa dipisah-pisahkan.


B.     Saran
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semuanya dan digunakan sebaik-baiknya. Jika terdapat kesalahan dalam penulisan makalah ini, tim penulis mohon maaf. Jika ada kritik dan saran yang membangun kami terima agar memperbaiki makalah-makalah berikutnya.